Sabtu, 28 Oktober 2017



MANAJEMEN PERUBAHAN DAN BUDAYA ORGANISASI

Manajemen Perubahan dan Budaya Organisasi yang telah dilakukan oleh  Bank BRI (Bank Rakyat Indonesia)
Dosen : Charisma Ayu Pramudhita M.HRM




DI SUSUN OLEH :
Jeany Clara Gabrella
2013200058


STIE MULTI DATA PALEMBANG PROGRAM  STUDI MANAJEMEN
PALEMBANG

2017






KATA PENGANTAR


 Puji dan syukur kami panjatkan kepadaTuhan Yang MahaEsa, karena berkat dan  rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Manajemen Perubahan Dan Budaya Organisasi yang telah dilakukan  oleh  Bank BRI (Bank Rakyat Indonesia)”. Adapaun makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Seminar Manajemen Perubahan dan Budaya.
Dalam  pembuatan  makalah  ini, para penulis menyadari bahwa makalah ini teramat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, semua bentuk perbaikan, saran, kritik, masukan dari teman -teman mahasiswa dan terutama dari dosen  kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.  



Terimakasih,

Penulis,


  


BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bai Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerkertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau “ Bank bantuan dan simpanan milik kaum priyai purwokerto “, suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan peraturan pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% ditangan Poemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero).

1.2    Rumusan Masalah
1.  Bagaimana perubahan-perubahan yang dilakukan Bank Rakyat Indonesia (BRI) ?
2. 


1.3    Visi dan Misi Bank Rakyat Indonesia (BRI)
         Visi Bank BRI
·            Visi Bank BRI yakni menjadi sebuah bank terkemuka di Indonesia yang akan selalu mengutamakan kepuasan para nasabahnya.

         Misi Bank BRI
·  Bank BRI mampu melakukan segala jenis kegiatan perbankan terbaik dengan mengutamakanpelayanan yang diberikan kepada badan usaha mikro, menengah, dan kecil guna meningkatkan perekonomian masyarakat.
·       Bank BRI akan senantiasa memberikan pelayanan prima pada setiap nasabahnya melalui jaringan BRI yang luas dan didukung dengan adanya sumber daya manusia professional serta teknologi yang handal, melaksanakan manajemen resiko dan praktek GCG (Good Cooperate Governance) yang baik.
·          Bank BRI akan memberikan keuntungan serta manfaat secara optimal pada pihak-pihak yang berkepentingan.

1.4    Tujuan Bank Rakyat Indonesia (BRI)
PT BANK RAKYAT INDONSIA adalah untuk menjadi Perbankan yang utama dan terbaik memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan, dan selalu berinovasi menciptakan strategi –strategi terbaru untuk menghadapi perubahan-perubahan yang kerapkali terjadi di dunia perbankan. BRI akan terus berkembang dan bergerak secara berani, bijaksana, dan dinamis ke arah yang lebih baik. Sebuah arah yang tercermin dalam Tindakan-Tindakan Kebaikan yangTerencana di BRI.

1.5    Struktur Organisasi Bank Rakyat Idonesia (BRI)
·            Asmawi Syam (Direktur Utama/ President Director)
·            Sunarso (Wakil Direktur / Deputy President Director)
·            Djarot Kusumayakti (Direktur / Director)
·            Gatot Mardiwasisto (Direktur / Director)
·            Toni Soetirto (Direktur / Director)
·            Randi Anto (Direktur / Director)
·            Susy Liestiowaty (Direktur / Director)
·             Zulhelfi Abidin (Direktur / Director)
·            Donsuwan Simatupang (Direktur / Director)
·            Haru Koesmahargyo (Direktur / Director)
·            Mohammad Irfan (Direktur / Director)
·            Mustafa Abubakar (Komisaris Utama / Komisaris Independen)
·            Gatot Trihargo (Wakil Komisaris Utama)
·            Ahmad Fuad Rahmany (Komisaris Independen)
·            Ahmad Fuad (Komisaris Independen)
·             Adhyaksa Dault (Komisaris Independen)
·            A. Sonny Keraf (Komisaris Independen)
·            Vincentius Sonny Loho (Komisaris)
·            Jeffry J. Wurangian (Komisaris)

1.6    Sejarah Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang dijadikan sebagai tanggal kelahiran BRI.
Pendiri Bank Rakyat Indonesia Raden Aria Wirjaatmadja pada masa setelah kemerdekaan RI, berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan BRI sebagai Bank Pemerintah pertama yang didirikan di Republik Indonesia. Karena adanya situasi perang untuk mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai diaktifkan kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan perubahan nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM).
Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan keluarlah Penetapan Presiden No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan Bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).
           Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang ada di Indonesia dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipecahkan menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai Bank Umum. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikannya masih 100% ditangan Pemerintah. PT. BRI (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten, yaitu dengan fokus memberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil atau rakyat miskin.
Hal ini tercermin pada setiap perkembangan penyaluran KUK pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September 1999 sebesar Rp. 20.466 milyar. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai dengan saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai Unit Kerja yang berjumlah cukup banyak, yaitu 4.447 buah Unit Kerja diselurul Indonesia.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Konsep Perubahan
2.1.1 Perubahan Kepemimpinan
                        Jika suatu organisasi mau melakukan perubahan maka pemimpin yang mempunyai transformasionallah yang dibutuhkan. Pemimpin yang membawa perubahan-perubahan baru sehingga organisasi barunya nanti terlihat lebih fresh, lebih baik dari sebelumnya, dan bisa meningkatkan status serta gengsi perusahaan.  Gunawan (2007) menjabarkan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan sebuah proses di mana para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ketingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Para pemimpin transformasional mencoba menimbulkan kesadaran para pengikut dengan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-niali moral seperti kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan, bukan didasarkan atas emosi seperti keserakahan, kecemburuan atau kebencian. Kepemimpinan transformasional berkaitan dengan nilai-nilai yang relevan bagi proses pertukaran (perubahan), seperti kejujuran, keadilan dan tanggung jawab yang justru nilai seperti ini hal yang sangat sulit ditemui di Indonesia.
                        Seorang pemimpin transformasional dapat diukur dalam hubungannya dengan efek pemimpin tersebut terhadap para pengikutnya. Para pengikut seorang pemimpin transformasional merasa adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan hormat terhadap pemimpin tersebut dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang awalnya diharapkan terhadap mereka.
                        Seorang pemimpin transformasional memotivasi para pengikut dengan membuat mereka lebih sadar mengenai pentingnya hasil-hasil pekerjaan, mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi atau negara daripada kepentingan diri sendiri dan mengaktifkan (menstimulus) kebutuhan-kebutuhan mereka yang lebih tinggi. Kepemimpinan transformasional mencakup tiga komponen, yaitu kharisma, stimulasi intelektual, dan perhatian yang diindividualisasi. Kharisma dapat didefinisikan sebagai sebuah proses dimana seorang pemimpin mempengaruhi para pengikut dengan menimbulkan emosi-emosi yang kuat dan identifikasi dengan pemimpin tersebut. Stimulasi intelektual adalah sebuah proses dimana para pemimpin meningkatkan kesadaran para pengikut terhadap masalah-masalah dan mempengaruhi para pengikut untuk memandang masalah-masalah dari prespektif yang baru. Perhatian yang diindividualisasi termasuk memberikan dukungan, membesarkan hati dan memberi pengalaman-pengalaman tentang pengembangan diri kepada pengikut (Gunawan, 2007).  Salah satu bentuk gaya kepemimpinan transformasional adalah menciptakan atau mendorong upaya kreativitas bawahannya untuk membuat sesuatu yang baru yang bisa menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan sehingga kredibilitasnya meningkat dan kepercayaan masyarakat bertambah seiring meningkatnya service atau pelayanan kepada masyarakat.
     Menurut penelitian Dewo (2010), seorang pemimpin yang menunjukan gaya kepemimpinan transformasional mampu menumbuh kembangkan kreativitas dengan menerapkan pemikiran kritis dan standar moral yang baik bagi karyawannya, memberikan tugas-tugas baru untuk membangun potensi serta memberikan pelatihan dan pengarahan agar pekerjaanya dapat selesai tepat waktu dan efisien. Hal unik yang dimiliki pemimpin tersebut adalah kemampuannya mempercayakan seluruh tanggung jawab yang diberikan kepada karyawan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan cara dan ide-ide sendiri namun tetap sesuai prosedur kerja. 

            2.1.2 Perubahan Stategi, Taktik dalam Perubahan Bank Rakyat Indonesia (BRI)
·   STRATEGI Sampai sekarang Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK (Kredit Usaha Kecil) pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 milyar.

·   TAKTIK Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai unit kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi /SPI, 170 Kantor Cabang (dalam negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT, 3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa. Pada 19 Januari 2013, BRI juga meluncurkan sistem e-Tax, yaitu layanan penerimaan pajak daerah secara online melalui layanan cash management.

2.1.3 Perubahan Pengunaan M-Token pada Internet Banking Bank Rakyat Indonesia (BRI)
·   Ada layanan baru yang bernama single mToken (khusus untuk TRANSFER & RTGS) jadi klo mau transfer saya tidak bisa menggunakan salah satu dari 5 stok mToken yg dikirim melalui sms…harus request single mToken (yg berlaku hanya untuk beberapa menit saja)
·   Untuk layanan lain masih tetap sama…semuanya menggunakan 5 stok mToke







        
2.1.4 Strategi Pengembangan SDM di Bank BRI dalam Mencetak SDM
           Perubahan dilakukan pada tahun 1998, dimana dibentuk Tim Budaya Kreatif yang bekerjasama dengan PT Service Quality Center Indonesia. Tim ini berhasil melakukan perubahan dengan cara mengembangkan 5 budaya dasar yang dianut oleh BRI yaitu Integritas, Profesionalisme, Kepuasan Nasabah, Keteladanan, dan Penghargaan kepada Sumber Daya Manusia.Proses sosialisasi dan penanaman budaya ini kepada seluruh jajaran BRI, BRI kemudian berkembang menjadi sebuah organisasi yang lebih baik, bahkan sempat juga menerima penghargaan sebagai salah satu BUMN terbaik di tanah air. Proses ini bukanlah sebuah proses yang mudah, namun ternyata mampu memberikan hasil yang diharapkan. Proses berkelanjutan dalam upaya sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai budaya tersebut terus dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan pembentukan master trainer budaya kerja, pembentukan Change Agent pada masing-masing tingkatan dari kantor pusat hingga kantor pembantu serta sosialisasi ke semua jajaran. Selain upaya sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai budaya tersebut, BRI juga melakukan pengembangan dalam segi SDM agar bisa bersaing dengan para kompetitor di dunia perbankan. Ada beberapa upaya yang dilakukan dalam hal ini yaitu:
·  Perencanaan pengadaan SDM yang dititikberatkan pada rekrutmen pegawai bidang pemasaran dan juga kader-kader calon pemimpin BRI. Proses perekrutan ini dilakukan dengan beberapa cara mulai dari pengadaan Program Pengembangan Staff (PPS) dan juga melalui outsourcing untuk mendapatkan tenaga-tenaga pada posisi pekerjaan penunjang.
·   Selain itu, pihak BRI juga mendorong mereka yang berada didalam BRI untuk menjadi human capital dalam arti SDM manusia yang memiliki inovasi, kemauan untuk belajar dan berubah, serta mampu memberikan daya dorong yang kreatif di tempat mereka bekerja. Upaya ini dilakukan untuk mempersiapkan kader-kader calon pemimpin BRI di masa yang akan datang
·  Adanya kebijakan reward dan punishment yang konsisten dan adil kepada seluruh pekerja. Hal ini dilakukan untuk menciptakan iklim dan lingkungan kerja yang kondusif, yang nantinya akan memacu para pekerja untuk berbuat lebih baik lagi di tempat mereka bekerja. Berbagai peraturan dibuat untuk membuat sistem atau kebijakan reward dan pusnishment ini berjalan lebih optimal, salah satunya adalah Peraturan Disiplin yang telah direvisi pada tahun 2009
·  Dalam upaya untuk menciptakan SDM BRI yang kompeten (knowledgable workers), pihak BRI terus mengadakan kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada seluruh jajarannya. Kegiatan pendidikan dan pelatihan ini dilaksanakan di beberapa tempat yaitu di enam sentra pendidikan BRI (Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Makassar dan Padang), serta di Pusdiklat Jakarta.

2.1.5 Perubahan logo Bank Rakyat Indonesia (BRI)


Berdasarkan filosofi bentuk. Garis Horizontal menggambarkan keadaan yang tenang dan pasif, sedangkan bentuk melengkung memiliki makna dinamis dan lincah.

        Berdasarkan perubahan ketinggian garis dari kiri ke kanan pada bagian logo tersebut mengisahkan perjalanan dari Bank BRI yang terus bangkit meskipun sempat terjatuh.


Bila dilihat berdasarkan sejarahnya, bentuk di atas merupakan grafik dari perkembangan Bank BRI mulai dari lahir hingga sekarang.
·   1895 Merupakan tahun kelahiran Bank BRI yang kemudian diresmikan sebagai Bank Pemerintah pada tahun 1946 setelah periode kemerdekaan RI.
·   1948 Kegiatan Bank BRI sempat terhenti pada masa perang mempertahankan kemerdekaan.
·   1949  Mulai aktif kembali setelah Perjanjian Renville.
·   1960 Dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM).
·   1965 Pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia berdasarkan PenPres No. 17 tahun 1965.
·   1967-1968 Pengembalian fungsi dan ditetapkannya kembali Bank BRI sebagai Bank umum.
·   1992 Berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia.
·      2003 Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.
·      Bentuk logo dengan garis melengkung, memberikan citra dinamis dan lincah. selain itu bentuk melengkung juga merupakan line of beauty yang melambangkan keindahan dan keelokan.
·      Penataan huruf B, R, dan I pada logo tersebut yang ditata sedemikian rupa sehingga memberi kesan irama dari huruf B yang memiliki dua lengkungan, kemudian huruf R yang tersisa satu lengkungan dan digantikan dengan bentuk yang lurus, dan selanjutnya huruf I yang melebur bersama garis pembatas tanpa adanya lengkungan seperti pada huruf B dan R. Irama tersebut mencerminkan Misi BRI  yang berusaha memberikan pelayanan terbaik agar dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
·      Selanjutnya Kotak dengan sudut yang lembut pada sekeliling huruf BRI memiliki makna bahwa pelayanan Bank BRI memiliki cakupan yang luas untuk segala kalangan. Penataan lengkungan tersebut juga dapat mewakili keadaan eknomi yaitu : Pada huruf "B" terdapat dua Lengkungan yang berarti kehidupan ekonomi yang masih sangat labil karena bentuk lengkung juga mewakili makna tujuan yang kurang jelas, Sedangkan ada huruf "R" terdapat satu Lengkungan yang kemudian berlanjut dengan garis diagonal yang dapat dimaknakan kurang seimbang yang dapat mewakili masyarakat dengan kehidupan ekonomi menengah.dan kemudian pada Huruf "I" yang merupakan garis vertikal tegak lurus melambangkan kestabilan, keagungan, dan kemegahan yang dapat mewakili kalangan masyarakat dengan ekonomi yang sangat baik.



2.2      Faktor-faktor yang diperkirakan dapat menghambat atau menghalangi bagi terjadinya proses perubahan sosial tersebut antara lain:

1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lambat
Salah satu aspek pendorong terjadinya perubahan sosial budaya adalah majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Majunya perkembangan iptek menjadi indikator pula majunya taraf perkembangan budaya suatu masyarakat. Sementara maju dan tingginya taraf peradaban suatu masyarakat menyebabkan masyarakat tersebut akan cepat atau mudah mengadakan adaptasi (penyesuaian) terhadap munculnya perubahan-perubahan yang datang dari luar masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, apabila di dalam suatu masyarakat terjadi hal yang sebaliknya, yakni mengalami kelambanan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya, maka akan menyebabkan terhambatnya laju perubahan-perubahan sosial budaya pada masyarakat yang bersangkutan.

2. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
Adanya kehidupan masyarakat yang tertutup, hingga menyebabkan setiap warganya sulit untuk melakukan kontak atau hubungan dengan masyarakat lain, menyebabkan warga masyarakat tersebut terasing dari dunia luar. Akibatnya, bahwa masyarakat tersebut tidak dapat mengetahui perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada masyarakat lain di luarnya. Jika hal tersebut tetap berlangsung, atau bahkan tidak sepanjang masa maka akan menyebabkan kemunduran bagi masyarakat yang bersangkutan, sebab mereka tidak memperoleh masukan-masukan misalnya saja pengalaman dari kebudayaan lain, yang dapat memperkaya bagi kebudayaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, faktor ketertutupan atau kurangnya hubungan dengan masyarakat atau kebudayaan lain, menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat atau menghalangi bagi proses perubahan sosial dan budaya di dalam masyarakat.

3. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
Adanya kekhawatiran di kalangan masyarakat akan terjadinya kegoyahan seandainya terjadi integrasi di antara berbagai unsur-unsur kebudayaan, juga menjadi salah satu faktor lain terhambatnya suatu proses perubahan sosial budaya. Memang harus diakui bahwa tidak mungkin suatu proses integrasi di antara unsur-unsur kebudayaan itu akan berlangsung secara damai dan sempurna, sebab biasanya unsur-unsur dari luar dapat menggoyahkan proses integrasi tersebut, serta dapat menyebabkan pula terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu dalam masyarakat.

4. Adat dan kebiasaan
Setiap masyarakat di manapun tempatnya, pasti memiliki adat serta kebiasaan tertentu yang harus ditaati dan diikuti oleh seluruh anggotamasyarakat. Adat dan kebiasaan adalah seperangkat norma-norma (aturan tidak tertulis) yang berfungsi sebagai pedo-man bertingkah laku bagi seluruh anggota masyarakat. Adat biasanya berisi pola-pola perilaku yang telah diyakini dan diterima oleh masyarakat secara turun-temurun, bersifat kekal (abadi), dan oleh karena itu harus ditaati oleh seluruh anggota masyarakat, serta bersifat mengikat. Artinya, apabila ada sebagian anggota masyarakat yang tidak mengindahkan aturan adat maka akan mendapat sanksi yang berat baik sanksi moral maupun sosial dari masyarakat. Sedangkan kebiasaan adalah perbuatan yang pantas dikerjakan maka diterima oleh masyarakat. Karena pantas dikerjakan dan telah diterima oleh masyarakat, maka kebiasaan menjadi perilaku yang diulang-ulang dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya (secara turun-temurun) sehingga menjadi semacam aturan (norma) yang harus diikuti oleh setiap anggota masyarakat. Meskipun tidak sekuat adat, norma kebiasaan juga memiliki daya pengikat tertentu yang dapat menyebabkan setiap anggota berperilaku sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.


5. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat (vested interests)
Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem berlapis-lapisan, pasti akan ada sekelompok orang-orang yang menikmati kedudukan dalam suatu proses perubahan. Pada masyarakat-masyarakat yang sedang mengalami masa transisi, misalnya saja dari otoritarianisme ke sistem demokrasi biasanya terdapat segolongan orang-orang yang merasa dirinya berjasa atas terjadinya perubahan-perubahan. Pada segolongan masyarakat yang berjasa itu biasanya akan selalu mengidentifikasikan diri dengan usaha serta jasa-jasanya tersebut, sehingga sulit sekali bagi mereka untuk melepaskan kedudukan yang baru diperolehnya itu dalam suatu proses perubahan. Hal inilah yang juga dirasa menjadi salah satu faktor penghalang berikutnya bagi jalannya suatu proses perubahan.

6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap tertutup
Adanya sikap semacam itu, misalnya dapat saja dialami oleh suatu masyarakat (bangsa) yang pada masa lalunya pernah mengalami pengalaman pahit selama berinteraksi dengan masyarakat (bangsa) lainnya di dunia. Sebut saja misalnya pada masyarakat-masyarakat yang dahulunya pernah mengalami proses penjajahan oleh bangsa lain, seperti bangsa-bangsa di kawasan Asia dan Afrika oleh penjajahan bangsa Barat. Mereka tidak akan melupakan begitu saja atas berbagai pengalaman pahit yang pernah diterimanya pada masa lalu, dan hal tersebut ternyata berdampak pada munculnya kecurigaan di kalangan bangsa-bangsa yang pernah dijajah itu terhadap sesuatu atau apa-apa yang datang dari barat. Selanjutnya, karena secara kebetulan unsur-unsur baru yang masuk itu juga kebanyakan berasal dari negara-negara barat, maka prasangka-prasangka (negatif) juga tetap ada, terutama akibat rasa kekawatiran mereka akan munculnya penjajahan kembali yang masuk melalui unsur-unsur budaya tersebut. Dengan demikian munculnya prasangka serta adanya sikap menolak terhadap kebudayaan asing juga akan menjadi salah satu faktor penghambat lain bagi jalannya proses perubahan sosial budaya suatu masyarakat.

7. Nilai bahwa hidup ini buruk dan tidak mungkin dapat diperbaiki
Di kalangan masyarakat terdapat kepercayaan bahwa hidup di dunia itu tidak perlu ngoyo (terlalu berambisi) sebab baik buruknya suatu kehidupan (nasib/takdir) itu sudah ada yang mengatur, oleh karena itu harus dijalaninya secara wajar. Sementara jika manusia diberikan kehidupan yang jelek, maka harus diterimanya pula apa adanya (nrimo ing pandum) serta dengan penuh kepasrahan karena memang nasib yang harus diterimanya demikian. Dengan demikian manusia tidak perlu repot-repot berusaha, apalagi sampai ngoyo, karena tidak ada gunanya sebab hasilnya pasti akan jelek, sebab sudah ditakdirkan jelek. Adanya keyakinan dari masyarakat untuk selalu menerima setiap nasib yang diberikan Tuhan kepada manusia dengan penuh kepasrahan, termasuk bila harus menerima nasib (takdir) buruk, menyebabkan kehidupan masyarakat menjadi bersifat pesimistis dan statis, atau bahkan fatalistik. Adanya pemahaman yang keliru tentang nasib manusia itulah, sehingga di dalam masyarakat tidak muncul dinamisasi, yang berarti tidak ada perubahan, atau jika ada perubahan maka hal tersebut akan berjalan secara lambat.

8. Hambatan yang bersifat ideologis
     Adanya faktor penghambat yang bersifat ideologis, karena biasanya setiap usaha mengadakan perubahan-perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, akan diartikan sebagai suatu usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang merupakan dasar bagi terciptanya integrasi dari masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu faktor-faktor yang bersifat ideologis akan tetap menjadi perintang bagi jalannya perubahan-perubahan.

9 .Sikap masyarakat yang sangat tradisional
Apabila di dalam masyarakat muncul suatu sikap mengagung-agungkan akan tradisi masa lampau serta menganggap bahwa tradisi tersebut secara mutlak tak dapat dirubah, maka sudah dapat dipastikan bahwa pada masya-rakat tersebut akan mengalami hambatan-hambatan dalam proses perubahan sosial budayanya. Keadaan tersebut akan menjadi lebih parah lagi apabila golongan yang berkuasa dalam masyarakat juga berasal dari golongan yang bersifat konservatif, yakni suatu golongan yang notabenenya adalah penentang atau anti terhadap perubahan-perubahan.

Selain yang sudah disebutkan di atas, dilihat dari segi intern (dari dalam masyarakat yang mengalami perubahan),terjadinya proses perubahan sosial juga dapat terhambat oleh karena adanya faktor-faktor sebagai berikut:
·   Adanya sikap masyarakat yang ragu-ragu, bahkan curiga terhadap sesuatu yang baru yang dianggap dapat berdampak negatif.
·   Adanya kecenderungan dari masyarakat untuk menyukai dan mempertahankan sesuatu hal yang lama.
·   Kurangnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat terhadap sesuatu yang baru.

2.3      Key Success Factor
            Faktor kunci keberhasilan mengacu pada beberapa faktor yang penting dalam menghadapi persaingan di masa depan. Faktor-faktor kunci keberhasilan satu industri berbeda dari lainnya. Berikut ini adalah beberapa faktor penting yang dapat menjadi kunci sukses bagi suatu perusahaan agar dapat bersaing dalam industri perbankan:

1. Teknologi
Teknologi terbaru memainkan peran yang sangat penting dalam industri perbankan. Ini membantu dalam memperkenalkan produk-produk inovatif sesuai dengan permintaan konsumen. Teknologi dapat digunakan untuk menurunkan menurunkan biaya transaksi dan meningkatkan kualitas produk. Misalnya ketika bank-bank menyadari bahwa mereka dapat menurunkan biaya transaksi mereka dengan menginstal kartu ATM dan debit mereka akan melakukannya. Teknologi dapat menyimpan biaya overhead dan meningkatkan kenyamanan bagi pelanggan dengan menyediakan 24/7 layanan. Perbankan online meningkat pesat karena perubahan teknologi yang cepat. Untuk melayani nasabah 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, Bank BRI secara terus menerus melakukan penyempurnaan dan pengembangan fitur electronic banking. Media electronik akan memudahkan nasabah dalam memperoleh informasi, berkomunikasi dan melakukan transaksi perbankan melalui fasilitas ATM, Electronic Data Capture (EDC), phone banking, electronic fund transfer, telepon genggam (SMS Banking), dan internet banking.

 2. Harga terbaik
Persaingan yang tinggi didalam industri perbankan menuntut semua bank untuk memberikan harga terbaik pada semua produknya. BRI dalam hal ini memberikan harga terbaik untuk para nasabahnya. Dengan adanya penurunan bunga kredit ini diharapkan ekspansi kredit akan meningkat dan mampu menggerakkan dunia usaha.

3. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan mencakup semua dimensi kualitas yang konsumen inginkan. BRI saat ini dan kedepan terus berusaha meningkatkan kualitas layanan kepada nasabah untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas nasabah sehingga pada akhirnya dampak positif terhadap pertumbuhan bisnis BRI. Beberapa hal yang dilakukan BRI dalam meningkatkan layanan menurut antara lain sebagai berikut:
·      Meningkatkan awareness dan semangat layanan dengan melakukan "Service Quality Roadshow"
·      Melakukan implementasi budaya layanan pada seluruh jajaran pekerja BRI.
·      Melakukan identifikasi kebutuhan nasabah melalui kegiatan Focus Group Discussion dengan nasabah dan melakukan customer satisfaction survey secara berkala.
·      Melakukan perbaikan secara menyeluruh dan terus menerus terhadap seluruh aspek yang berkaitan dengan dimensi layanan yang di antaranya meliputi people, internal process, premises serta product misalnya simplifikasi proses bisnis, penataan kembali lay out kantor, perbaikan infrastruktur pendukung dan monitoring yang ketat terhadap service level agreement yang telah disepakati bersama dan lain-lain.

4.   Brand Image
   Bank BRI merupakan salah satu yang paling dikenal di Indonesia mengingat sejarah kegiatan usahanya lebih dari 115 tahun dan jumlah jaringan yang terbanyak di Indonesia. Bank BRI juga banyak mendapat penghargaan menjadi bank terbaik. Selain telah dikenal secara internasional maupun domestik sebagai perintis dalam pasar pembiayaan mikro dan sebagai bank pembiayaan mikro terdepan di Indonesia. Bank BRI juga berkeyakinan bahwa nama bank BRI telah dikenal baik oleh rakyat Indonesia dari berbagai kelas sosial dan ekonomi. Hal ini memberikan landasan yang kuat untuk memperluas distribusi produk dan layanan. Kantor BRI Cabang Klaten melakukan rutinitas event besar minimal 1 kali dalam setahun dan event kecil minimal 2 kali dalam setahun.

5.     Lokasi dan Kenyamanan
 Didalam industri perbankan kenyamanan menjadi salah satu daya tarik kosumen. Sebagai contohnya jika sebuah bank memiliki jaringan yang luas maka akan mudah bagi pelanggan melakukan transaksi dengan nyaman. Jaringan distribusi yang luas menjadi dasar bagi bisnis bank BRI dan merupakan salah satu kekuatan utama. Jaringan distribusi ini meliputi kantor wilayah, kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor cabang syariah, BRI unit, pos pelayanan desa dan ATM. Jaringan distribusi bank BRI sangat beragam secara geografis dan tersebar di seluruh Indonesia. Bank BRI menawarkan jasa perbankan ritel, konsumen dan menengah melalui kantor cabang dan kantor cabang pembantu.



BAB III
KESIMPULAN

3.1    Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan Bank Rakyat Indonesia dalam bersaing di dunia perbankan di Indonesia secara adil dan tertib sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. BRI sendiri telah mendirikan cabang diseluruh Indonesia kurang lebih 4.447 unit cabang yang dapat membantu kantor pusat dalam melaksakan tugasnya. Bank BRI juga mendirikan unit kerja Teras BRI yang ada disetiap pasar tradisional untuk para masyarakat menengah dan masyrakat bawah. Guna menambah banyak nasabah yang tidak dipandang, karena BRI selalu memberikan yang terbaik untuk setiap masyarakat dan tidak membedakan masyarakat kecil dan masyarakat besar. Unit kerja yang dilaksanakan oleh BRI dapat menjadi BRI sebagai bank umum yang selalu dekat dengan setiap rakyat di Indonesia. Dukungan dari para karyawan BRI mutlak diperlukan oleh Bank BRI dalam menghadapi masa-masa sulit. Sikap proaktif dan upaya pembenahan dari dalam (internal perusahaan) disiapkan sebaik mungkin agar jika pada saat kondisi sudah stabil perusahaan bisa lebih maju lagi, dan untuk ini diperlukan sosok pemimpin yang demokratis.
3.2     Saran
         Unit kerja yang dibikin BRI sebaiknya ditambah lagi agar menambamn persaingan di dunia             perbankan Indonesia. Semoga Bank BRI bisa menjadi bank yang terdepan di Indonesia          dalam bersaing dengan adil dan sehat, dan tidak berbuat curang. Supaya dapat mewujudkan            visi dan misi sesuai dengan peraturan dan bisa tercapainya tujuan bersama untuk rakyat In   donesia.
        



DAFTAR PUSTAKA









1 komentar:

MANAJEMEN PERUBAHAN DAN BUDAYA ORGANISASI Manajemen Perubahan dan Budaya Organisasi yang telah dilakukan oleh   Bank BRI (Bank Raky...